BON ODORI
BON ODORI atau tarian Obon (盆踊り) merupakan bentuk tarian klasik jepang yang biasa di bawakan oleh beberapa orang tanpa mengenal gender( jenis kelamin) dan usia pada saat penutupan perayaan Obon pada tanggal 15 atau 16 Juli dengan menggunakan yukata. Tarian ini terkesan gembira, dan di iringi oleh nyanyian atau musik tradisional, sedangkan para penari bebas menghentakkan kaki dan tangan untuk menyesuaikan ritme dari musik.
Tarian ini berasal dari sebuah kisah sutra budha yang menceritakan tentang pertapaan seorang biksu bernama Mokuren (Mogallana), yang melihat ibunya menderita kelaparan di neraka kerena makanan yang disentuhnya selalu terbakar oleh api. Si biksu akhirnya meminta pertolongan kepada Budha Shakyamuni untuk menyelamatkan ibunya, dan sang budha menyuruhnya untuk membuat persembahan berupa makanan yang berasal darat dan laut untuk teman-teman biksunya yang lain hingga pertapaannya selesai. Pada hari ke 90 itu, pertengahan bulan Juli Mokuren menari gembira karena ibunya dan tujuh generasi nenek moyangnya dibebaskan dari siksaan.
Dulunya tarian ini hanya dibawakan di lingkungan kuil, tetapi sekarang ini bon odori dapat juga diselenggarakan di luar tempat-tempat suci seperti tanah lapang, tempat terbuka yang banyak orang berkumpul dengan dibuatkan sebuah panggung yang berfungsi untuk penyanyi dan pemain musik yang disebut Yagura.
Sedangkan tarian Odori yang diselenggarakan di Provinsi Awa (Perfektur Awa) di sebut tari Awa Odori (阿波踊り). Tarian ini di lakukan di tengah kota Tokushima. Penari Awa ini menari secara berkolompok sambil berpawai (ren). Biasanya mereka berkeliling di daerah kota-kota besar di Jepang khususnya daerah Kanto. Musik pengiring terdiri dari shamisen, perkusi (taiko dan tsuzumi), genta (kane) dan flute (yokobue) sedangkan lagu yang dimainkan adalah lagu popular dari zaman Edo berjudul “Yoshikono”.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar