BUNRAKU
Berbeda dengan pertunjukan boneka di Negara lain bunraku umumnya berukuran hampir setengah ukuran orang dewasa. Boneka tersebut tidak digerakkan oleh benang,namun dimainkan oleh omozukai(dalang) langsung di atas panggung. Dan uniknya lagi ada boneka yang dimainkan oleh 3 orang sekaligus.Dalang pertama biasanya menggerakkan kepala dan lengan kanan, sedangkan dalang kedua menggerakkan lengan kiri, dan dalang ketiga menggerakkan kaki boneka. Hal ini bertujuan agar menyamarkan panggung agar tidak terlihat penuh. Dalang kedua dan ketiga biasanya mengenakan pakaian serba hitam dtambah kerudung hitam. Walaupun nantinya kerudung ini akan di buka pada saat penonton telah hanyut dalam pertunjukan. Untuk boneka wanita biasanya tidak memilki kaki dikarenakan memakai kimono panjang.
Dalam pertunjukkan bunraku juga ada penyanyi dan pemain alat music tradisional bersenar tiga yang dimainkan dengan cara dipetik (shamisen). Bunraku juga biasa disebut dengan ningyou joururi.
Bunraku sama tuanya dengan Noh dan Kabuki dan baru dipopulerkan oleh rakyat setelah Chikamatsu Monzaemon (1653-1724) membuat karya Sonezaki Shinju yang ceritanya sangat menyentuh hati rakyat. Kabarnya cerita ini seperti Romeo and Juliet. Hingga sekarang cerita bunraku menceritakan seputar konflik sosial dan perasaan manusia. Pada periode Meiji saat banyaknya masuknya budaya barat ke Jepang, bunraku mulai mengalami kemunduran. Hingga saat ini masyarakat terus beusaha melestarikan kebudayaan bunraku, namun kendala yang terjadi para pengrajin boneka bunraku mulai berkurang.
posting from blogq souji24.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar