Pages

Festival Tanabata

-->

TANABATA

 Setiap kota, daerah dan desa di Jepang mempunyai kurang lebih satu acara festival(matsuri) pada setiap tahunnnya. Matsuri sendiri dikelompokkan menjadi dua macam,matsuri sederhana yang biasa diadakan diarea pedesaan pada musim semi atau musim gugur dan didasarkan pada perputaran musim panen padi. Sedangkan pada matsuri lebih mewah diadakan di kota-kota besar pada musim panas dan dipenuhi dengan kegiatan antar penduduk yang begitu tinggi.
Salah satu festival besar di Jepang adalah festival tanabata yang diadakan satu tahun sekali. Festival ini biasa disebut juga festival bintang. Banyak yang mengatakan bahwa tanabata sendiri terdiri dari dua suku kata yaitu tana dan hata. Tana berarti terali atau jari-jari dan hata berarti tenunan. Ada juga yang mengatakan kata Tanabata berasal dari sebuah mitologi dewi langit.
Tanabata pada mulanya beasal dari legenda China,kemudian masuk ke negara Jepang dengan menggabungkan kebudayaan setempat. Festival ini pertama kali diperkenalkan pada periode Nara dan pada era Heian.  Tanabata ini sendiri diadakan pada malam tanggal 7 Juli dimana masyarakat Jepang menggantung kertas warna-warni yang berisi segala keinginan mereka di sebuah ranting pohon bambu yang diletakkan didepan halaman.
LEGENDA TANABATA
Asal mula Tanabata berasal dari egenda China yaitu sebuah legenda dua bintang, Altair (Kengyu atau Hikobashi) dan bintang Vega (Shukujo atau OriHime). Alkisah pada jaman dahulu kala,Tentei,Raja langit mempunyai tujuh putri. Salah satu putri termuda sangat ahli dalam menenun sehingga mendapat julukan Orihime. Dia sangat betah duduk berjam-jam didepan perkakas tenunnya dan ia hanya menenun khusus untuk pakaian sang Raja dengan berbagai macam model sesuai dengan perubahan musim. Jadi sang raja mempunyai pakaian bermacam-macam setiap harinya.
Suatu hari, sang putrid merasa bosan dan meninggalkan langit untuk turun kebumi. Disana dia bertemu dengan seorang penggembala sapi yang bernama Kengyu dan akhirnya mereka jatuh cinta, kerena tidak memiliki waktu yang lama akhirnya sang putri kembali ke langit.
Tidak puas dengan kehidupan sunyi dan terpencil dilangit dan pengawasan  ang sanagt ketat dari sang Ayah. Sang putri tersebut berusaha untuk mewujudkan impiannya agar dapat meraih cinta suci demi meraih suatu masa depan yang bahagia dan penuh kedamaian. Akhirnya ia memutuskan untk tinggal di bumi dan hidup bersama Kengyu. Mereka menjadi satu pasangan tak terpisahkan dan hidup seperti layaknya manusia di bumi yaitu laki-laki menggembalakan sapid an wanita menenun dirumah.
Beberapa tahun berlalu, lahirlah seorang putra dan seorang gadis kecil. Tapi  tiba-tiba sang penguasa langit mengetahui kehidupan baru putrid bungsunya, dia marah besar dan mengirim sekelompok jin untuk mengirim putrinya pulang.
Setelah mendapatkan putrinya kembal, Tentei memisahkan mereka dengan membuat Milky Way(Ama No Gawa) sebuah sungai di langit. Mengetahui bahwa dia dipisahkan dari suami dan anak0anaknya, menangislah sang putrid tiada henti. Tangisan putrid Orihime ini tampak dilangit sebagai titik-titik yang bertaburan disekitar Milky Way. Melihat tetesan airmata sang putrid di langit,sang suami, Kengyu menuju kelangit dengan mengendarai sebuahbulan yang mrip dengan kapal. Tapi apa daya kekuatan Kengyu melawan sang penguasa Langit dan akhirnya perjuangannya hanya sampai dipinggiran sungai tersebut, dia hanya dapat melihat putri dari kejauhan. Keteguhan cintanya menyebabkan ia rela untuk tidak meninggalkan tempat tersebut. Berbulan-bulan ia menunggu ditempat itu dan pada suatu ketika ada seekor burung magpies yang membangun jembatan diatas Milky Way pada tanggal 7 Juli. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kengyu untuk bertemu putrid Orihime. Sang raja terkesan dengan kekuatan cinta mereka dan akhirnya Tentei penguasa langit membuat perjanjian dengan sepasang kekasih itu untuk memberikan kekuasaan bertwmu setiap tahun malam hari pada tanggal & bulan Tujuh.
Dekorasi Tanabata
Didalam festival Tanabata,dekorasi merupakan suatu bagian ritual yang amat penting dalam mencapai tujuan acara tersebut, bahkan ada yang menyebut keindahan dekorasi mempermudah untuk mencapai impian mereka ditahun yang akan datang.
Dalam dekorasi sebenarnya tidak ada sesuatu yang baku disini, tetapi ada peraturan tidak tertulis yaitu dalam dekorasi diharuskan untuk melengkapi dengan origami yang berbentuk burung magpies dan kertas bewarna-warni. Mengapa demikian? Karena dalam legenda Jepang burung magpies dipercayai sebagi burung membawa keberuntungan, selain itu burung tersebutlah yang membuat jembatan diatas sungai yang dapat mempertemukan sepasang kekasih tersebut. Sedangkan kertas bewarna-warnni merupakan symbol mewujudkan ucapan selamat dan puji-pujian.
Dekorasi yang umumnya digunakan masyarakat Jepang adalah dekorasi dengan lampion kertas,tanzaku(potongan kertas), ornament-ornamen kecil dari kertas dan jimat keberuntungan.  Namun sebenarnya pada kenyataannya dekorasi sendiri tergantung dengan apresiasi masyarakt di tiap-tiap daerah.
            Dalam merayakannya, pertama orang-orang menyediakan secara khusus kimono pilihan dan tentunya yang paling baik. Pakaian disini dipakai untuk menghormati putrid Orihime yang mempunyai keahlian dalam menenun. Kedua, mempersiapkan ranting pohon bambu untuk diletakkan di depan halaman rumah mereka, ranting pohon disini, dihiasi seperti layaknya pohon natal. Disetiap anggota keluarga diharapkan menggantungan puisi berupa harapan-harapan mereka. Terakhir, adalah setiap anggota keluarga menyediakan buah-buahan yang disesuaikan dengan musimnya dan sayur mayur hasil panen mereka.
Pada malam tujuh bulan tujuh tepat pukul tujuh, merka bersama-sama melihat keatas langit dan apabila cuaca cerah maka akan terlihat jajaran bintang yang nampak dalam satu garis lurus, disitulah doa mereka akan segera dikabulkan. Letupan maupun taburan kembang api dapat dijadikan pengganti taburan bintang-bintang yang dijadikan perlambang cinta suci dua bintang Altair dan Vega. Selain acara melihat bulan,festival bisa dilanjutkan dengan acara berkeliling kota atau sekedar makan-makan dihalaman dengan para tetangga atau sanak saudara sampai menjelang pagi.
Pada akhir festival, ranting bamboo tersebut dilempar ke sungai termasuk hiasan yang mereka buat. Masyarakat percaya membuang kesungai dapat membuang jauh-jauh semua kesialan  yang akan terjadi dimasa mendatang. Kepercayaan ini terus berlangsung turun-temurun dan berlangsung ratusan tahun.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar